Kamis, 08 April 2010

Selamatkan Danau Limboto


Perairan danau merupakan kekayaan alam yang tidak hanya memiliki peran fungsional bagi kawasan dan penduduk di sekitarnya. Keindahan serta fenomena alam yang ada padanya menjadi aset bagi kawasan itu sendiri. Demikian pula halnya dengan Danau Limboto bagi Kabupaten Gorontalo. Danau Limboto telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari detak kehidupan penduduk di sekelilingnya. Terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bone Bolango, Danau yang cukup besar di Sulawesi ini terhampar di ketinggian 4,50 meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan luas ± 3000 hektar, Danau ini dikelilingi oleh lima kecamatan. Yaitu, Kecamatan Limboto, Telaga, Telaga Biru, Batuda’a, dan Kota Barat yang merupakan wilayah Gorontalo Kota. Selain Sungai Bone Bolango, Danau Limboto ini merupakan muara dari empat sungai besar yang berhulu di Kabupaten Gorontalo. Keempat sungai tersebut adalah: Sungai Alo, Sungai Daenaa, Sungai Bionga, dan Sungai Molalahu. Sementara itu, Danau ini juga merupakan hulu dari Sungai Tapodo yang muaranya menyatu dengan Sungai Bone Bolango dan mengalir terus ke laut.

Jika ditinjau dari letak kawasan Danau yang dikelilingi perbukitan, tak tertutup kemungkinan bahwa Danau ini merupakan sebuah kaldera dari sebuah gunung berapi yang meletus ribuan tahun lalu. Kemungkinan ini sangat besar mengingat Pulau Sulawesi merupakan sebuah pulau di Kepulauan Sunda Besar yang sarat dengan gunung-gunung berapi.




Keadaan Danau Limboto Tahun 1910

Sejak lama, Danau Limboto ini telah menjadi sumberdaya perikanan air tawar bagi penduduk di sekitarnya. Memang Danau ini memiliki multi fungsi baik bagi penduduk sekitarnya maupun kawasan Kabupaten Gorontalo umumnya. Ia juga merupakan sumber air tawar sekaligus penyangga kehidupan dan tata air bagi masyarakat di bantaran sungai-sungainya. Dengan demikian Danau ini merupakan pengendali banjir bagi sebagian besar kawasan Kabupaten. Melihat kesemua peran dan fungsinya yang sangat penting itu, dapat dikatakan bahwa Danau Limboto memegang peran esensial bagi keseimbangan alam dan ekosistem kawasan.

Mungkin peran penting dan multi fungsi yang disebutkan di atas turut pula memiliki andil dalam perjalanan sejarah negeri ini. Oleh karena, Bung Karno—yang terkenal pandai mengangkat fenomena alam dan sosial negeri ini ke dalam tindakan-tindakan simbolis—pernah mendarat di perairan Danau Limboto. Hal yang sama juga dilakukannya di Danau Tondano, Provinsi Sulawesi Utara. Kunjungan Presiden Pertama Republik Indonesia sendiri rupanya membekas dalam di benak masyarakat Gorontalo. Dan hal ini, ditandai oleh dibangunnya sebuah situs sejarah berupa museum mungil yang apik di tepian Danau. Sebuah dermaga kayu yang terpeliharan sangat baik dibangun pula di depan museum. Dari dermaga yang menjorok cukup jauh ke tengah Danau, kita dapat menikmati panorama Danau Limboto yang sangat indah.
Sumber : Hulondalo.Com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar