Jumat, 03 Juli 2009

J Flow

J Flow, Keluar dari Stereotip hip hop.

DENGAN berupaya keluar dari stereotip aliran musik hip hop, J Flow membuat hal yang beda. Musik hip hop dikenal di kalangan masyarakat sebagai musik yang penuh dengan caci maki. Namun, ada kalanya berupa hal-hal lucu atau kehidupan sehari-hari. “Bisa dikatakan hip hop itu dikenal sebagai musik yang ngedumel karena isinya caci maki,” ucap J Flow saat berbincang-bincang dengan Media Indonesia, Selasa (25/11) lalu.
Pria dengan nama Joshua Matulessy itu menjelaskan, hip hop yang diusungnya berbeda. Bukan lagi lagu hip hop yang terpatah-patah, sebagaimana dibawakan para musisi hip hop selama ini.
J Flow justru membuat sebuah lagu yang berangkat dari melodi dan harmonisasi nada. “Kalau kebanyakan hip hop di Indonesia berangkatnya dari lirik duluan, baru musik belakangan. Nah, kalau saya beda. Dalam membuat lagu berangkat dari musik,” ungkap mantan personel grup hip hop Saykoji itu.
Dalam membuat sebuah lagu, J Flow terlebih dahulu menyusun chord agar mempunyai harmonisasi indah, kemudian baru mengisinya dengan lirik.
Liriknya pun tidak sekadar asal lucu atau memaki, tetapi mempunyai tema besar yang ingin disampaikan kepada para penikmatnya. ”Semua lagu akan punya tema besar, yakni hidup selalu ada masalah. Dan masalah itu ibarat raksasa. Untuk bisa bertahan hidup kita harus bisa memerangi raksasa dengan melawannya,” ujar alumni jurusan jurnalistik, Fakultas Komunikasi Universitas Pelita Harapan ini.
Itulah mengapa album perdananya itu diberi judul Facing Your Giants.


Beragam upaya untuk lebih memanusiawikan musik hip hop, hasilnya memang menggembirakan. Lagu-lagu yang diusung J Flow tidak hanya dikenal di kalangan komunitas hip hop, tetapi melebar ke penggemar warna musik lainnya, seperti jazz atau pop.
J Flow pun akhirnya bisa tampil sepanggung dengan penyanyi Afgan, juga hadir dalam ajang Dji Sam Soe Super Premium JakJazz 2008. Di ajang JakJazz itu J Flow selain tampil solo, juga jadi featuring para penampil lainnya.

Ditolak produser
Dalam perbincangan di sela-sela syuting di RCTI, putra pasangan John Joshua Matulessy dan Sesanty Matulessy itu mengungkapkan mengapa dia keluar dari Saykoji, yang populer lewat lagu So What Gitu Loh.
“Tidak cocok dengan musiknya saja. Tetapi saya sampai sekarang masih berhubungan baik dengan Igor Saykoji.”
Hubungan yang terjalin baik itu juga terlihat dari nama Flow yang kini dipakainya. Menurutnya, Flow merupakan nama pemberian dari Igor. “Flow itu menurut Igor karena vokal saya tidak terpatah-patah saat menyanyi, seperti halnya penyanyi hip hop pada umumnya. Dan saya bukanlah rapper, tetapi musisi atau penyanyi hip hop,” kata J Flow panjang lebar.
Sekeluarnya dari Saykoji, J Flow memproduksi album solo perdananya. Dia mengakui, saat membuat album itu ia menemui kesulitan. Banyak produser musik rekaman yang masih menganggap pangsa pasar hip hop sangat kecil. Malah ada perusahaan rekaman yang langsung menaruh demo lagu J Flow begitu saja tanpa mendengarkan terlebih dahulu materinya.

Lalu dia mencoba menerobos jalur promosi lewat MySpace.com. Salah satu lagunya berjudul Oh Girl malah banyak diunduh di Amerika. Lucunya, banyak orang menyangka J Flow penyanyi asal Malaysia karena lagunya berbahasa Inggris.
Jalan lain berpromosi dengan memperkenalkan lagu-lagu J Flow ke jaringan radio Prambors. Lagu-lagunya pun akhirnya bisa didengar di jaringan Prambors di delapan kota.
Jerih payahnya itu membuahkan harapan. Sebuah perusahaan rekaman Demajors bersedia memproduksi albumnya. “Bisa dimaklumi ini proyek idealis saya, bukan mengikuti pasar,” kata J Flow memberikan alasan.
Ada yang menarik saat melihat sampul albumnya. Di bagian bawah terdapat tulisan proud to be local. Maksudnya? “Itu adalah misi saya. Inginnya agar orang Indonesia punya satu alasan untuk bangga pada negaranya sendiri. Inilah album produk Indonesia yang bisa dibanggakan di luar negeri,” kata J Flow penuh bangga.
Jangan kaget kalau melihat penampilan J Flow di panggung. Dia tidak lagi memakai kaus gombrong, celana big size, topi dimiringkan, pakai anting, dan kalung gede-gede. J Flow malah tampil rapi. Pakai kemeja, jas, dan dilengkapi dasi. Penampilan itu mengingatkan gaya Justin Timberlake yang belakangan ini rajin berbusana necis di setiap penampilannya di panggung.

2nd Album is ready to be written!!

Yihaa..semangat lagi nih gue..I believe i’ve taken “Facing Your Giants” to the level it deserves. Time to close that chapter and move on to the next level now. Sementara label gue lg kelabakan dengan permintaan repeat order cetakan album perdana gue itu, biarlah gue mulai mengerjakan what i know best: writing songs. Banyak masukan, kritik, pujian untuk ke-14 lagu yang ada di FYG seperti: banyakin bahasa Indonesianya, lebih banyak Inggrisnya dong, jangan kebanyakan nyanyinya, banyakin nyanyinya, banyakin lagu cepet, tambah lagu slownya..dan semuanya gue tampung. Beberapa minggu ini gue nyoba bikin formula yang paling tepat untuk album ke 2 yang rencana judulnya adalah “ALaW” (nanti kalo udh pasti gue kasih tau kepanjangannya ya) dan sampai pada 1 kesimpulan: GUE TIDAK MUNGKIN BISA MEMUASKAN SEMUA ORANG. Gue harus berani bersikap dalam menentukan arah dan misi album ke2 ini, terlepas dari desakan dan pengaruh siapapun termasuk label rekaman tercinta (peace up, J records, lol )

Yang jelas, apapun benang merah musiknya nanti, tapi tema2 yang akan ada di album baru nanti adalah tema2 penting dan relevan bagi kehidupan orang (FYG juga ga sih?) yang jualan akan tetap ada, but i”ll be focusing more on my ideas, whether people gonna like it or not.

Bloggers, ada usulan ide untuk tema lagu? Hal2 yang lo anggap penting untuk disuarakan lewat musik? Tell me. Gue ga janji, but i’ll try my best to see it in a song. Makasih ya..

Indonesia, selalu.

Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar