pONco adalah nama seorang musisi hiphop dari kota Bogor, Jawa Barat. pONco di pentas musik Indonesia memang belum setenar Iwa-k, namun ia mempunyai karakter berbeda di kotanya. Dara-dara remaja yang tampak ceria berteriak-teriak menyambut lirik-lirik pONco yang katanya “ngena ke hati!!”.
Kemarin (awal 2006), pONco telah meluncurkan albumnya berjudul pONco-2sides (EP) yang diterbitkan pion recordz atawa “pONco yang bikin sendiri” di kotanya sendiri (belum diterbitkan di luar kota Bogor). Ini sebuah penerbit rekaman musik yang menyebut diri sebagai indie label-bahasa gampangnya adalah perusahaan rekaman “kecil-kecilan”- bukan label besar seperti Sony Music atau Musica, misalnya.
Begitulah pONco seperti musisi hiphop yang mewakili gerakan kaum muda yang bersemboyan “D.I.Y.” Singkatan dari Do It Yourself-kerjakan sendiri-atau bahasa anak band “pokoknya hajar saja”.
“hiphop adalah komunitas yang biasanya tidak tergantung pada pemodal atau perusahaan besar. Kalau mereka mau bikin album ya bikin saja sendiri. Kalau bikin majalah, kaset, kaos, pentas, ya bikin saja sendiri,” kata pONco, sang pionir ponco crew di moksa management. yang bersedia menampung aktivitas kaum hiphop muda yang menyebut diri sebagai komunitas indie, dari kata independen, bebas tak tergantung orang lain.
Hiphop (rap/R&B/sejenisnya) yang bersifat independen memang bukan gerakan perlawanan atau semacam counter culture. Mereka adalah kaum muda yang ingin mengerjakan sesuatu seperti yang mereka inginkan dengan cara semampunya.
Itulah pemandangan sepintas musik hiphop bagi seorang pONco. Musisi-musisi lokal mampu memasok kebutuhan hiburan orang-orang lokal. pONco hanyalah salah satu dari kelompok musik hiphop kaum muda yang diperkirakan berjumlah ratusan. Mereka yang tumbuh subur di kota-kota besar Indonesia, terutama Bogor. Ia dengan cara sendiri menggalang publik dengan tampil di berbagai kesempatan, mulai dari pesta seni sekolahan, di radio, sampai kafe. Ia juga membuat album lewat penerbit album yang mereka sebut “indie label”.
Apa pun itu, pONco menjadi salah satu indikator vitalitas kaum yang katakanlah mempunyai semacam spirit pembebasan. Paling tidak bebas memainkan musik seperti yang ia suka. Bukan musik yang ia anggap mapan, baku, atau mainstream, seperti yang dibuat oleh perusahaan mapan pula.
Solo rap atau grup rap dengan semangat serupa seperti pONco telah bermunculan. Menyebut beberapa yang dari Bogor saja, terdapatlah nama-nama seperti mixkill, akbar, d’school, WIT, TRC, medjai, 42dhit&dahu, fisibelsizel, dan Skinny-B. Daftar akan menjadi makin panjang jika musisi “senior” harus disebut seperti sweet martabak sampai neo yang telah lebih sepuluh tahun dikenal di blantika musik Indonesia.
Usia pONco crew (selain pONco pribadi tentunya) berkisar antara 18-28 tahun, ada beberapa crew yang tergolong “kolot” yang berusia di atas rata-rata tersebut (ya tentunya manager pONco yang bawel sangat!!). Referensi dengaran pONco pun bervariasi, namun rata-rata itu mengacu pada musisi hiphop modernbeats semisal Kanye West, Chingy, jay-z, chris brown, sampai musisi hiphop indie luar negri yang tergolong jarang dikenal khalayak namun bersifat musik komersial.
Sejumlah radio seperti Ardan fm (bandung), lesmana fm (bogor), Solo radio fm (solo), Crez fm (purwokerto) dan DJ fm (surabaya) telah (bahkan masih) mencicipi karya-karya pONco yang mereka bilang selalu dapat perhatian positif dari para pendengar setia di radio mereka.
Komunitas pemusik-penggemar hiphop telah membentuk semacam jaringan yang menampung aktivitas mereka. Katakanlah itu berupa infrastruktur yang mendukung kehidupan bermusik di Indonesia. Musisi yang telah terasah kemampuan di event-event itu kemudian perlu merekam album. Sebelumnya mereka perlu membuat musik contoh atau album demo untuk disodorkan ke radio atau penerbit rekaman.
Radio-radio di Bandung menjadi salah satu tempat penyemaian musisi “indie” itu. Radio Ardan, Oz, atau Ninetyniners mempunyai acara semacam tangga lagu atau charts yang khusus menampung band indie. Band-band itu tinggal mengirim kaset atau CD ke radio dan mereka akan menyeleksi untuk kemudian menempatkan dalam daftar peringkat, dan hebohnya.. pONco pernah menjadi top list (chart #1) di ardan fm bandung ketika pertengahan sampai akhir tahun 2006 (dengan lagu berjudul putih abu-abu), dan sampai saat ini (2007) lagunya itu masih menjadi pilihan request remaja-remaja di kota Bandung karena di remix ulang oleh pihak pONco yang lebih fresh.
“Yang penting gw rilis musik yang gw suka dan menyebarkan musik itu ke orang lain. Rasanya puas man!!” kata pONco, yang bersama managernya (Ono dan Baong di moksa management) mendirikan pONco crew pada akhir 2006 dan akan kembali merilis album pONco yang sampai saat ini masih dalam pengumpulan materi.
Band-band “indie” berikut komunitas penggemarnya itu boleh jadi mewakili wajah era yang telah bergeser. Kaum muda kelahiran seputar era 1980-an telah menemukan lahan bermainnya sendiri.
“Here we are now… Waktunya siap akan perkembangan dari apa yang kita lihat. Memang sekarang waktunya untuk membuat apa yang kita butuhkan. We are all smarter, better, than ten years ago. …. It’s time to open your mind!”-Kita lebih baik dan lebih pintar dari sepuluh tahun lalu. Ini saatnya untuk membuka pikiran…” Heroik euy!! (note: kumpulan dari beberapa artikel dan pada artikel poncotempo.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar